Saturday, February 8, 2020

Budaya Perunggu di Indonesia

Budaya  Perunggu di  Indonesia
Di  Indonesia  zaman  logam  tersebut  dikenal  dengan  zaman  perunggu.  Menurut  Von  Heine  Gudern pendukung kebudayaan perunggu datang ke Indonesia kurang lebih 500 tahun Sebelum Masehi. Sebagai nenek  moyang  bangsa  Indonesia  yang  disebut  Dentero  Melayu  atau  Melayu  Muda  dan  sebelumnya bangsa proto Melayu atau Melayu tua zaman Neolithikum. Hasil-hasil kebudayaan perunggu di Indonesia adalah kapak corong dan nekara. Kapak corong banyak sekali jenisnya, ada yang kecil bersahaja, ada yang besar dan memakai hiasan, ada yang pendek lebar, bulat dan ada pula yang panjang serta sisinya atau disebut candrana.
 Gudern pendukung kebudayaan perunggu datang ke Indonesia kurang lebih  Budaya  Perunggu di  Indonesia
Di lihat dari bentuknya, kapak-kapak corong tersebut tentunya tidak digunakan  sebagaimana  kapak,  melainkan  sebagai  alat  kebesaran atau benda upacara. Hal ini menunjukkan bahwa kapak corong yang ditemukan di Indonesia peninggalan zaman perunggu memiliki nilai- nilai sakral atau nilai religi. Bentuk-bentuk corong tersebut ditemukan di Irian Barat dan sekarang disimpan di Belanda. Sedangkan kapak upacara yang ditemukan pada tahun 1903 oleh ekspedisi Wichman di Sentani disimpan di musium lembaga kebudayaan Indonesia di Jakarta.

Benda-benda yang terbuat dari perunggu mempunyai nilai seni yang tinggi seperti yang ditemukan berupa jelang kaki atau benggel, gelang, anting-anting, kalung dan cincin. Di samping itu seni menuang patung sudah ada dengan ditemukannya patung-patung, juga memiliki nilai ekonomi dengan ditemukannya cincin dengan lubang kecil yang diperkirakan sebagai alat tukar.